Laman

Mengajak Kebenaran dan Mencegah Kemungkaran

MENGAJAK kebaikan atau amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran nahi munkar erat kaitannya dengan muamalah seseorang dengan lingkungannya. Dalam mengajak atau mencegah ada seni dan tidak serta merta dapat dilakukan dengan mudah kepada orang lain. Diri yang masih orang awam dan terbatasnya ilmu tentu memiliki tanggung jawab yang berbeda dibanding ulama yang diamanatkan untuk itu.

Prinsip tahu diri berlaku dengan melihat pada kemampuan dan tidak memaksakan adalah hal utama yang perlu dipertimbangkan. Bila mampu dengan kekuasaan lakukan dengan kekuasaan itu, bila mampu dengan tangan lakukan dengan tangan, bila mampu dengan lisan lakukan dengan lisan, bahkan bila hanya mampu dengan hati lakukan dengan hatinya walaupun ini adalah yang terlemah.(1). Namun demikian dari semua upaya itu, hasil akhirnya dikembalikan kepada pemilik dan yang mampu membolak-balikan hati, yaitu Allah SWT.


Karena itu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar harus memperhatikan cara. Pernah mendengarkan bagaimana sebuah ormas melaksanakan hal ini? Benar sekali apa yang diomongkan dan haq namun tidak dilakukan dengan cara yang benar, namun lebih didorong pada kebencian semata. Ditebarkan kebencian kemana-mana, seakan dunia dipenuhi kemungkaran yang harus dibrantas dan orang yang mendiamkan itu dianggap sebagai musuhnya juga.

Muncul “keakuan diri” bahwa diri atau kelompok mereka itu lebih baik dari orang yang dibrantas. Bila demikian prilakunya dikuatirkan bahwa kelompok yang membenci itu tidak lebih baik daripada yang dibenci karena prilaku yang membabi buta dilakukan untuk menerjang kemaksiatan itu.(2). Istilah orang jawa bener mung ora pener (benar yang dilakukan namun tidak bener caranya). Karenanya, walau memiliki niat baik, namun mereka tidak mendapat apresiasi yang baik malah berbalik menjadi kebencian dari sebagian masyarakat karena kesombongan atau merasa diri lebih baik dari yang lain.

Bila amar ma’ruf hampir sebagian besar dilakukan dengan lemah lembut, lain halnya rekam jejak dari mencegah kemungkaran yang kerap diartikan dengan sebaliknya. Hal ini merujuk pada keutamaan agar setiap orang memiliki kemarahan terhadap kemungkaran atau kemaksiatan yang berlangsung. Inilah yang menjadi dasar ormas itu dan disebutnya dengan kemarahan karena Allah, hanya semuanya kembali apa benar karena Allah, hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.

Mereka atau ormas itu beralasan bahwa apa yang dilakukan adalah untuk membela umat dan melindungi umat dari maksiat dan azab Allah yang akan terjadi bila maksiat dibiarkan. Ada sabda nabi saw yang menyatakan bahwa akan tiba azab Allah kepada suatu kaum dimana kaum itu membiarkan atau tidak melakukan sesuatu terhadap kemungkaran yang terjadi di tempatnya.(3)

Dalam Kitab Durratun Nasihin, bertolak dari hadis itu maka setiap orang yang melihat atau menyaksikan laku mungkar berarti ia telah berserikat atau menjadi kawannya dalam laku mungkar itu. Contoh yang paling jelas adalah orang yang senang mendengarkan pergunjingan atau ghibah. Berarti ia telah berserikat dengan orang yang melakukan ghibah itu. Begitupula setiap laku maksiat, misalnya saja ikut duduk ditempat minum arak. Berarti ia adalah orang fasiq sekalipun dia tidak ikut minum.

Karena itu Nabi Saw terus menganjurkan agar terus dilakukan amar ma’ruf nahi mungkar, walaupun diri belum mampu sepenuhnya mengajak kepada kebaikan dan diri belum sepenuhnya mampu mencegah kemungkaran.(4). Seorang ahli hikmah berkata bahwa antar diri dan lingkungan ada cermin, maka bila diri masih dilingkungi atau masih selalu didekatkan kepada kemaksiatan, itu adalah refleksi yang sesungguhnya kalau diri memang belum mampu melepas kemaksiatan seluruhnya. Cermin serupa ini hanya ditujukan kepada orang yang sportif dalam artian mau melihat kekurangan diri namun tidak untuk orang yang selalu merasa dirinya paling benar.

Maka bagi sementara orang yang masih berbuat kemungkaran, hendaklah suka mencegah kemungkaran itu, supaya tidak menumpuk menjadi 2 buah dosa yaitu pertama dosa dari melakukan kemungkaran dan kedua adalah dosa karena mendiamkan adanya kemungkaran. Sebagai contoh petiklah ucapan atau nasehat alim ulama jahat itu tetapi jangan sekali sekali mencontoh perbuatannya, sebab ucapannya itu haq sedang perbuatannya adalah setan.

Karena itu ada anjuran untuk dapat melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah diutamakan kepada keluarga, lingkungan terdekat atau sesama Muslim terlebih dahulu. Dilakukan dengan terus berprasangka baik kepada sesama Muslim namun tetap waspada mewaspadailah kepada orang kafir.

AA Gym berkata : Menjadi pekalah diri kepada hal yang terjadi pada keluarga dan saudara sesama muslim yakni bila mereka sudah mulai malas beribadah dan cenderung bermaksiat, Karena itu menjadi tanggung jawab bersama sesama Muslim sebagai pertanda mulai memudarnya perhatian Allah kepada kita. Dan bila kemungkaran sudah meluas jangan menunggu Allah menimpakan azab kepada diri kita.
Karena itu dalam beramar ma’ruf nahi mungkar sungguh bahagia bila setiap manusia saling berlomba melayani, membantu, menghormati dan membahagiakan saudaranya dalam menegakkan agama Allah. Allah sangat menganjurkan agar setiap Muslim berlomba-lomba mengajak kebaikan sesuai surat al hadid 21.(5)

Wallahu a'lam

1. Sabda dari Rasulullah saw. : “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu perbuatan munkar lalu mengubah dengan tangannya, maka ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan barangsiapa yang tiada sanggup untuk mengubah dengan tangannya, lalu mengubah dengan lisannya, maka sungguh ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan barangsiapa tiada sanggup untuk mengubah dengan lisannya, lalu mengubah dengan hatinya (yakni mengingkarinya), maka ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan yang terakhir adalah tingkatan iman yang terlemah.” (HR. An Nasai)
2. Firman Allah : Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik….. (Al Hujurat 11)
3. Sabda Nabi : Telah ditimpa azab masyarakat pada sebuah dosa yang didalamnya ada orang ahli ibadah yang beramal baik seperti amalan para nabi berjumlah 18.000. Para sahabat lantas bertanya: Kenapa sampai terjadi demikian ya Rasul? Jawab Nabi Saw: Sebab mereka enggan marah karena Allah, mereka tidak suka amar ma’ruf dan tidak pula mencegah kemungkaran.
4. Dari Anas bin Malik berkata: Kami bertanya ya Rasul, haruskah kami amar ma’ruf sedang kami belum dapat melakukan sepenuhnya dan haruskah kami nahi mungkar sedangkan kami belum dapat menjauhi seluruhnya. Jawab beliau : Bahkan lanjutkanlah menjalankan amar ma’ruf sekalipun belum dapat melakukan seluruhnya dan teruskanlah nahi mungkar sekalipun kamu belum dapat menjauhi seluruhnya.
5 Firman Allah : Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al hadid 21)

http://perkarahati.wordpress.com/2014/03/11/mengajak-kebenaran-dan-mencegah-kemungkaran/