Laman

Hukum Mengubah Kemunkaran dan Tingkatannya

nahimunkar.com

Pertanyaan:

Apakah kemunkaran harus diubah dengan tangan? Siapakah yang bisa mengubah kemunkaran dengan tangan? Tolong jelaskan disertai dalil-dalilnya, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memelihara Syaikh.

Jawaban:

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan sifat orang-orang beriman dengan amar ma’ruf dan mengingkari kemunkaran. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قال الله تعالى : {وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ}[التّوبَة، من الآية: 71]

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar,…(QS. At-Taubah: 71).


Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قال الله تعالى: {وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ}[آل عِمرَان، من الآية: 104]

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali Imran: 104).

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قال الله تعالى: {كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ}[آل عِمرَان، من الآية: 110] .

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110).

Ayat-ayat dalam masalah amar ma’ruf dan nahi munkar sangatlah banyak, hal itu dikarenakan begitu urgen dan sangat dibutuhkan.

Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ)) [ رواه مسلم ]

“Barangsiapa yang melihat kemunkaran darimu maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika ia tidak bisa maka (hendaklah ia mengubahnya) dengan lisannya, dan jika tidak bisa (hendaklah ia mengubahnya) dengan hatinya, maka hal itu adalah selemah-lemah iman.”[1]

Mengingkari kemunkaran dengan tangan adalah bagi orang yang mampu melakukan hal itu seperti pemerintah dan lembaga khusus untuk melakukan hal itu sesuai wewenang yang diberikan kepadanya, ahlul hisbah dalam batas wewenang yang diberikan kepada mereka, amir dalam batas wewenang yang diberikan kepadanya, qadhi (hakim) dalam batas wewenang yang diberikan kepadanya, manusia di dalam rumahnya bersama anak-anaknya dan penghuni rumahnya sebatas yang dia mampu.

Adapun orang yang tidak mampu melakukan hal itu, atau bila ia mengubah dengan tangannya berakibat terjadinya fitnah (kekacauan), pertengkaran dan baku hantam, maka ia tidak boleh mengubahnya dengan tangannya, akan tetapi ia mengubahnya dengan lisannya dan cukup hal itu baginya agar tidak terjadi kemunkaran yang lebih parah dari yang diingkarinya, seperti yang dijelaskan para ulama.

Adapun mengingkari dengan lisan, maka ia berkata: wahai saudaraku, bertaqwalah kepada Allah, ini tidak boleh, hal ini harus ditinggalkan, ini wajib dilakukan dan kata-kata sopan lain yang serupa dan dengan cara yang baik.

Kemudian setelah itu mengingkari dengan hati, maksudnya ia membenci dengan hatinya dan menampakkan kebenciannya dan tidak duduk bersamanya. Maka ini adalah mengingkari dengan hati. Wallahu waliyut taufiq.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz Majalah Buhuth edisi 36 hal. 121-122.
(Hukum Mengubah Kemunkaran dan Tingkatannya, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Dinukil dari Buku Fatwa-fatwa Ulama Negeri Haram (hal. 1127-1128/ Disusun oleh: Dr. Khalid bin Abdurrahman Al Juraisy/ Terjemah: Muhammad Iqbal A. Gazali/ Editor: Eko Haryanto Abu Ziyad/ 2011 – 1432/ Islamhouse.com).

Sumber: http://nahimunkar.com/hukum-mengubah-kemunkaran-dan-tingkatannya/