Laman

Ma’al Hadīts al-Syarīf: Jika Manusia Melihat Kemungkaran

in Nafsiyah

Allah SWT berfirman:

﴿يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لاَ يَضُرُّكُمْ مَّن ضَلَّ إِذَا ٱهْتَدَيْتُمْ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعاً فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ﴾

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk, hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (TQS. Al-Maidah [5] : 105).

Abu Bakar radliyallāhu ‘anhu berkata pada sebuah hadis masyhūr yang terdapat dalam kitab-kitab as-Sunan: Hai manusia sesungguhnya kalian membaca ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk, hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (TQS. Al-Maidah [5] : 105).

Mengajak Kebenaran dan Mencegah Kemungkaran

MENGAJAK kebaikan atau amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran nahi munkar erat kaitannya dengan muamalah seseorang dengan lingkungannya. Dalam mengajak atau mencegah ada seni dan tidak serta merta dapat dilakukan dengan mudah kepada orang lain. Diri yang masih orang awam dan terbatasnya ilmu tentu memiliki tanggung jawab yang berbeda dibanding ulama yang diamanatkan untuk itu.

Prinsip tahu diri berlaku dengan melihat pada kemampuan dan tidak memaksakan adalah hal utama yang perlu dipertimbangkan. Bila mampu dengan kekuasaan lakukan dengan kekuasaan itu, bila mampu dengan tangan lakukan dengan tangan, bila mampu dengan lisan lakukan dengan lisan, bahkan bila hanya mampu dengan hati lakukan dengan hatinya walaupun ini adalah yang terlemah.(1). Namun demikian dari semua upaya itu, hasil akhirnya dikembalikan kepada pemilik dan yang mampu membolak-balikan hati, yaitu Allah SWT.

Ajaran Islam Mengajak pada Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran

APABILA kita mencermati kondisi lingkungan mayarakat kita lebih jauh kondisi Indonesia yang kita cintai ini sungguh memprihatinkan. Perilaku-perilaku yang mengiris hati seperti korupsi, tawuran, pelecehan, kenakalan remaja, perampokan, dan perbuatan buruk lain nyata ada dihadapan dan ditengah-tengah kita. Hal tersebut terjadi karena mereka jauh dari kebaikan.

Terjerumusnya mereka pada keburukan yang jauh dari kebaikan sebetulnya bukan karena mereka sama sekali tidak mengetahui bahwa sesuatu itu merupakan keburukan dan kemaksiatan. Mereka bahkan faham betul bahwa itu adalah keburukan, kemaksiatan yang telah melanggar batas-batas larangan Allah SWT. Ketika sebelum melakukkannya pun mereka faham bahwa mereka akan melakukan suatu hal yang melanggar kebaikan. Namun tetap saja terjadi. Naudzubillahi min dzalik.

Amar Ma'ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Oleh:
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْـخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ؛ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنَ لَـمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْـمَـانِ».

Dari Abu Sa’îd al-Khudri Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika ia tidak mampu juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.’”

Al-Baqarah Ayat 44

SURAT AL-BAQARAH (2) Ayat 44

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

[Mengapa kalian menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kalian melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kalian membaca Al Kitab (Taurat)? Maka mengapa kalian tidak menggunakan akal?]
[What! do you enjoin men to be good and neglect your own souls while you read the Book; have you then no sense?]

1). Inilah kelebihan gaya bahasa al-Qur’an. Setelah sebelumnya berbentuk seruan dan larangan, tiba-tiba sekarang berbentuk pertanyaan istifɦām (pertanyaan yang dimaksudkan bukan untuk dijawab tapi untuk difahami, untuk direnungkan). Huruf istifɦām ada dua: أَ (hamzah) dan هَلْ (ɦal). Menurut ahli bahasa, هَلْ (ɦal) hanya berfungsi sebagai tashdĭq (minta penilaian), sementara أَ (hamzah) berfungsi sebagai tashawwur (minta keterangan) dan tashdĭq (minta penilaian). Ayat ini dimulai dengan huruf أَ (hamzah) istifɦām, yang berarti meminta keterangan dan penilaian sekaligus. Tashawwur atau keterangannya ialah: “Kalian menyuruh orang lain untuk melakukan kebajikan, tapi kalian sendiri tidak melakukannya.”Tashdĭq atau penilaiannya ialah: “Adalah sangat tidak pantas, adalah suatau kesalahan, adalah dosa, apabila kalian menyuruh orang lain melakukan kebajikan, sementara kalian sendiri tidak melakukannya.”

Hukum Mengubah Kemunkaran dan Tingkatannya

nahimunkar.com

Pertanyaan:

Apakah kemunkaran harus diubah dengan tangan? Siapakah yang bisa mengubah kemunkaran dengan tangan? Tolong jelaskan disertai dalil-dalilnya, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memelihara Syaikh.

Jawaban:

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan sifat orang-orang beriman dengan amar ma’ruf dan mengingkari kemunkaran. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قال الله تعالى : {وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ}[التّوبَة، من الآية: 71]

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar,…(QS. At-Taubah: 71).

Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, ciri utama masyarakat beriman

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu…
Bismillaahirrohmaanirrohiim …


Masyarakat Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dalam masyarakat muslim

Amar ma'ruf nahi mungkar merupakan mahkota bagi sifat-sifat orang-orang beriman dalam masyarakat muslim, yaitu orang-orang yang menjual diri mereka kepada Allah, mereka memberikan nyawa dan harta mereka dengan murah di jalan Allah: Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (QS. at Taubah: 112).